NEGERIKU......... NEGERI PARA PENIPU .......... TOBAT
Sejak zaman Orde Baru hingga detik ini; era pasca reformasi, negeri besar yang namanya Indonesia hanya dimiliki oleh sekelompok orang tertentu (para oknum petinggi termasuk orang tertentu ini). Negeri yang memiliki lautan luas luar biasa dan menyimpan ikan ribuan ton jumlahnya, tetapi nelayannya miskin, bahkan sangat teramat miskin. Negeri yang memiliki tanah subur dan gembur, tetapi para petaninya kesulitan untuk makan nasi dan kurang gizi.
Negeri laut yang sangat semrawut karena harus mengimpor ikan laut. Negeri agraris yang sangat ironis karena harus mengimpor beras dari negara tetangga. Lalu, kemana isi lautan kita? kemana hasil panen kita? Barangkali jawabannya: TIDAK ADA. Bukan malasnya para nelayan, bukan malasnya para petani, tetapi disebabkan oleh ganasnya para pemimpin negeri dari semenjak runtuhnya Soekarno hingga detik ini; saat dimana masyarakat yang sederhana dipaksa menonton kebiadaban para oknum dalam merekayasa sebuah perkara, dipaksa menikmati dagelan kong-kali-kong perampokan negeri.
Kalau boleh mencari kambing hitam, korupsi sangat layak ditunjuk sebagai kambingnya dan para oknum sebagai hitamnya. Bukan tanpa sebab, tetapi memang benar bahwa masalah krusial dan sangat prinsip dari carut-marutnya, babak-belurnya dan fakir-miskinnya negeri besar yang bernama Indonesia ini adalah Korupsi.
KPK adalah harapan terakhir dari pemberantasan korupsi; selingkuhan kejaksaan dan polri. Dengan semakin benderangnya kasus Cicak dan buaya, akankah polri dan kejaksaan hanya perlu melakukan reformasi? TIDAK CUKUP!! Dua institusi yang telah banyak melahirkan anak haram bernama koruptor itu memerlukan REVOLUSI.
Barangkali benar lirik lagu Iwan Fals: Negeriku, negeri para penipu….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar