Kamis, 15 Oktober 2009

Pelajaran Yang Sangat ........ Berharga ....ga ga ga

Nganggur
Oleh 1234admin
Nganggur itu situasi paling menyebalkan. Mending kalau badan sedang capai sehingga bisa langsung tidur. Tapi nganggur dalam situasi badan fit dan benar-benar tak ada sesuatu yang enak untuk dikerjakan sungguh membuat menderita. Itu saya alami ketika harus menunggu klien saya selama dua jam lebih di tempat yang cukup jauh dan tak ada apa-apanya, termasuk tak ada sinyal.
Saya benar-benar klontang-klantung. Saya coba pejamkan mata di mobil sambil menikmati musik biar ngantuk tapi musik malah terasa berisik. Saya matikan semuanya dan mencoba menikmati keheningan alam pegunungan, eh otaknya tak mau diam. Saya coba menulis tapi tak ada ide. Lalu dengan sembarangan saya tulis keadaan saya: NGANGGUR! Terus saya geletakkan begitu saja. Belum semenit saya bersandar di jok mobil, saya kaget sekali dan buru-buru membaca ulang kata-kata yang baru saya tuliskan:”Nganggur!” Nah ini dia ketemu! Rupanya saya sengaja disuruh menyelami nasib orang nganggur, entah oleh siapa.
Apa anda pengangguran? Semoga tidak! Saya tahu pasti sekarang, itu bikin stress dan putus asa. Ada berapa juta pengangguran di Indonesia? Tak tahu pastinya, tapi yakin banyak sekali, yang bertitel maupun tidak. Setelah tahu rasanya orang nganggur, jelas saya amat bersimpati kepada mereka.
Saya ingat kata-kata mBah Surip: “Kalau saya jadi Presiden, kamu semua tak bagiin Helikopter seorang satu.” Waktu itu saya nyeletuk dalam hati: “Minta yang baru ya, mBah, ga mau bekas, lihat tuh…, banyak yang jatuh.” Yakin sekali saya akan nyontreng si mBah jadi Presiden, sebab Pak Beye cuma bisa kasih Rp 300.000,- Itupun disunat lagi sama kelurahan Rp 100.000,- sehingga tinggal Rp 200.000,- Ga cukup untuk beli sekrup Helikopter. Belum kesampaian maksud saya ternyata si mBah sudah dicontreng Tuhan duluan.
Lha saya bisa kasih apa ke orang nganggur? Pegawai sayapun tak banyak, kalau ditambah malah tak efektif. Pinginnya sih bisa menampung banyak orang nganggur, apa daya kekuatannya cuma segini. Jadi saya bagi diri saya saja melalui tulisan ini.
2000 tahun yang lalu Guru saya membagi diriNya menjadi roti. Semua orang jelas butuh roti, maka sampai kapanpun Ia tetap dibutuhkan. Apalagi ternyata tubuh Guru saya itu bukan sembarang roti, melainkan roti kehidupan yang memberi makanan jiwa. Tulisan yang baik dan abadi juga sama seperti roti yang dimaksudkan Guru saya itu. Ia merasuki dan menginspirasi jiwa-jiwa dan menyalakan cahaya di dalamnya untuk membuat perubahan, termasuk akhirnya mengangkat penganguran.
“Orang nganggur itu butuh pekerjaan” Pikiran saya ngelantur lagi.
“ Ya jelas, Bodo!” Saya jawab sendiri.
“Siapa yang akan memberi pekerjaan orang nganggur?” Tanya lagi.
“Tak ada…, maka nganggur.” Saya buat tanda titik besar sekali pakai bolpoin. Itu gambar air mata saya karena saya jarang menangis.
“Kenapa tak ada yang kasih pekerjaan?” Tanya lagi.
“Kondisi sedang susah. Banyak perusahaan mengetatkan ikat pinggang karena krisis global, yang adapun sebagian terpaksa di PHK.”
“Lalu keluarga mereka makan apa?”
“Tak tahu, tak bisa membayangkan atau takut membayangkannya.”
“Sampai kapan mereka seperti itu?”
“Sampai ada yang ngurus dan pakai strategi benar.”
“Strategi?”
“Ya. Semua perang butuh strategi.”
“Maksud Lo?”
“Di dalam peperangan ada banyak jenis pasukan. Setiap pasukan harus ada Komandannya. Ada juga yang harus mengatur strategi global secara keseluruhan dan tidak perlu semua terjun ke lapangan. Kalau seorang jendral perang hanya bisa menyuruh semua rakyatnya jadi tentara pasukan, maka mungkin ia memiliki pasukan besar tapi tak ada otaknya. Pasukan seperti itu gampang dibuat kocar-kacir dan akhirnya semua tentaranya bingung sendiri harus berada di posisi mana dan berbuat apa.”
“Maksud Lo?”
“Komandan adalah ujung tombak di setiap lini. Komandan adalah orang yang punya kelebihan atau bakat. Tidak semua rakyat bisa jadi Komandan. Di setiap bangsa, Tuhan telah menaruh para calon Komandan dimana-mana. Dialah yang harus kamu cari dan jadikan ujung tombak di setiap lini. Jangan cuma puas bisa bagi-bagi BLT. BLT hanya salah satu strategi untuk menghindar. Kalau mau menang perang jangan cuma bisa menghindar, harus punya strategi dan pukulan maut.”
“Maksud Lo?”
“Maksud saya: Cari dan kerahkan semua orang berbakat, biarpun yang baru menunjukkan benih sekalipun. Dukung dan kembangkan mereka sampai maksimal agar segera bisa jadi Komandan. Kalau nggak tahu cara ngembangkannya tanya kepada yang tahu. Apa ratusan juta rakyat ini bodo semua? Tentu saja tidak, tapi tak terarah ya! Para Komandan itulah yang nantinya bisa membawahi demikian banyak rakyat jelata yang sebagian besar nganggur! Paham?”
“Rada-rada…”
“Jangan mikir terlalu global dan susah dicerna. Sekarang lihat saja di kelurahan kamu sendiri potensinya apa? “Siapa” atau “Apa” yang bisa diandalkan disana? “Siapa” itu menyangkut orang di kelurahan tersebut yang punya ide atau usaha kreatif dan sudah mencoba berbuat tapi mentok terbentur segala keterbatasan, entah terbatas modalnya, peralatannya, manajemennya, dsb sehingga ia tidak bisa berkembang dan menerima lebih banyak lagi tenaga kerja. Ibu-ibu yang tukang masak dan punya masakan/resep khas yang enakpun termasuk yang harus kamu seleksi. Orang inilah yang harus kamu dukung: beri modal, bantu manajemennya, kalau perlu bayarin sarjana yang begitu banyak nganggur untuk membantu mengembangkan usaha orang kreatif ini, termasuk membantu pemasarannya, cari terobosan-terobosan, link-link, dsb-dsb sampai dapat tumbuh dan berkembang maksimal serta akhirnya bisa menerima tambahan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup signifikan. Itu artinya sudah lahir satu Komandan yang siap memimpin pasukan di salah satu lini negaramu.
Sedangkan “Apa” itu menyangkut potensi alam di kelurahanmu yang bisa menghasilkan sesuatu untuk rakyat di lingkungannya, entah itu potensi wisata, tambang, dll. Kembangkan itu sampai optimal dengan cara yang sama seperti di atas. Ingat: Kembangkan sampai OPTIMAL, bukan MAKSIMAL! Optimal itu artinya kalian jangan sampai merusak lingkungan yang akan menghidupi kalian sendiri, sedangkan maksimal itu semuanya kamu rampok sampai akhirnya alam yang mengubur kamu semua. Paham?”
“Ooooo……”
Punten, yang saya tunggu sudah datang. Ternyata saya tidak jadi nganggur. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar