Senin, 07 Desember 2009

Ayaaaaaahhhhhhh .....

AYAH YANG SIBUK .......

Anak merupakan titipan ilahi dan sekaligus amanah dari Sang Maha Pencipta, tetapi karena kesibukan kita mencari nafkah untuk keluarga sehari-hari sampai-sampai kita tidak dapat menyediakan sedikit waktu untuk sekedar memperhatikan hak seorang anak untuk mendapatkan perhatian, kasih sayang dari seorang ayah atau ibunya. Mungkin dari kisah nyata berikut ini dapat kita ambil hikmah yang dapat kita ambil dan sebagai cermin bagi kita semua.
Seperti biasa Dennis, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya,
Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintuuntuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.“Kok, belum tidur ?” sapa Dennis sambil mencium anaknya.Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketikaia akan berangkat ke kantor pagi hari.Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, “Akununggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?”“Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?”“Ah, enggak. Pengen tahu aja” ucap Sarah singkat.“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jamdan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papadalam satu bulan berapa, hayo ?”Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementaraPapanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Dennis beranjakmenuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. “Kalosatu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papadigaji Rp. 40.000,- dong” katanya.“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur” perintah DennisTetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya, “Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak?”“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malambegini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah”.“Tapi Papa…”Kesabaran Dennis pun habis. “Papa bilang tidur !” hardiknya mengejutkanSarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.Usai mandi, Dennis nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah dikamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedangterisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Dennis berkata,“Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uangmalam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih” jawab Dennis.“Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalausudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”.“lya, iya, tapi buat apa ?” tanya Dennis lembut.“Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tigapuluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga.Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya adaRp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- makasetengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabungankukurang Rp. 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa” kata Sarah polos.Dennis pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil ituerat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahanharta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaananaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar