Selasa, 26 Januari 2010

Memang Ada Apa2 nya di Century ......&^%$#

Kasus Century......... Mengapa Tidak Pilih Opsi Ketiga ........?


Selama ini kita hanya mendengar dua opsi dalam menyelesaikan kasus Century. Opsi pertama, menutup Bank Century dengan menjual asset-aset yang dimilinya. Opsi ini ditengarai akan menimbulkan dampak sistemik berupa dampak tagihan tidak tertagih bagi bank-bank lain dan pemilik dana dan simpanan yang tidak dijamin bagi nasabah di atas Rp 2 milyar serta hilangnya kepercayaan masyrakat terhadap perbankan yang diikuti tindakan rush. Opsi kedua, Bank Indonesia melalui LPS mem-bailout Bank Century dengan dana mencapai Rp 6,7 trilyun untuk menghindari kasus bila memilih opsi pertama. Kita semua tahu bahwa Gubernur Bank Indonesia dan Menkeu atau Ketua KSSK saat itu akhirnya memilih opsi kedua ini.
Namun sesungguhnya ada opsi ketiga, yaitu pengambilalihan Bank Century oleh Bank yang lebih besar sehingga LPS tidak perlu mengeluarkan dana hingga Rp 6,7 trilyun tersebut. Direktur utama Bank Mandiri Agus Martowardoyo sebenarnya sudah menawarkan opsi tersebut pada saat rapat KSSK. Namun, entah dengan pertimbangan apa, Gubernur Bank Indonesia dan Ketua KSSK Sri Mulyani tidak menerima tawaran tersebut. Padahal jika pihak berwenang saat itu mengambil pilihan ini, kita tidak akan menghadapi kasus bank Century seperti saat ini karena opsi ini sebetulnya sudah pernah diterapkan dan berhasil.
Dalam keterangannya di hadapan Panitia Pansus Bank Century, Rabu tgl 21 januari 2010, mantan Menko Ekuin Rizal Ramli memaparkan situasi yang mirip kasus Century tapi dengan skala lebih besar ketika Bank BII di-rush hingga mencapai 0,5 trilyun dalam satu hari akibat kekhawatiran nasabah karena hutang Grup Sinar Mas yang meningkat. Rizal Ramli sebagai Menko Ekuin memanggil Deputi Gubernur BI Anwar Nasution dan Direktur Bank Mandiri E.C.W. Neloe, untuk menyusun scenario bahwa Bank Mandiri akan mengambil alih bank BII untuk menenangkan nasabah. Tapi sesungguhnya tidak ada transaksi antara Bank Mandiri dan BII. Rizal mengancam agar scenario ini tidak bocor kepada siapapun, hanya antara mereka bertiga. Jika bocor, Neloe harus siap-siap dicopot dari jabatan Direktur Bank Mandiri.
Selain memanggil Direktur Bank mandiri dan Deputy Gubernur BI, Rizal Ramli juga memanggil direksi BII dan mengultimatum mereka jika tidak bisa memulihkan BII dalam 3 bulan, maka mereka harus siap-siap cari pekerjaan baru. Hasilnya, menurut Rizal Ramli hanya dalam 6 minggu, BII kembali pulih. Semua uang nasabah kembali masuk.Inilah hal yang paling mendasar yang membedakan antara kasus bank BII dan bank Century. Pilihan skenario “pengambilalihan” bank BII oleh Bank Mandiri dilakukan karena adanya rush yang benar-benar terjadi dan berhasil memulihkan kepercayaan nasabah. Sementara, keputusan melakukan bail-out Bank Century hanya didasarkan kepada kekhawatiran akan terjadi rush.
Dari segi kepemimpinan, keputusan yang diambil Rizal Ramli untuk membuat skenario “pengambilalihan” Bank BII oleh Bank Mandiri dan berhasil memulihkan kepercayaan public tanpa biaya sama sekali menunjukkan kualitas kepemimpinannya dibanding para pihak yang turut mengambil keputusan dan menyetujui bail-out Bank Century. Dalam situasi sulit dan genting, seorang pemimpin diuji untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi kepentingan umum dengan biaya seminimal mungkin.Rizal Ramli menyelesaikan hanya dengan sebuah scenario dan ultimatum, sementara Budiono dan Sri Mulyani gigih membela opsi bail-out meskipun harus dibayar dengan dana Rp 6,7 trilyun.
Di sisi lain, meski telah mengelontorkan dana Rp 6,7 trilyun untuk membail-out Bank Century, permasalahan ternyata belum selesai. Banyak nasabah Century masih terombang-ambing karena dana mereka belum kembali. Walau sudah melakukan demonstrasi dan menyurati Presiden, belum ada kepastian mengenai nasib dana mereka. Timbul pertanyaan, apakah dana Rp 6,7 trilyun tersebut belum memperhitungkan dana nasabah yang belum kembali tersebut? Jika sudah termasuk, mengapa mereka tidak bisa menarik dana mereka kembali? Bukankah tujuan keputusan bail-out justru untuk menjaga kepercayaan masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan dana yang mereka simpan?
Pemimpin dalam segala tingkatan sejatinya identik dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilnya akan sangat menentukan kemaslahatan masyarakatnya. Untuk itu, tidak ada salahnya setiap pemimpin belajar dari pemimpin lain yang pernah menghadapi problema yang sama atau mirip. Ketika New York diserang dengan pembajakan pesawat yang menghancurkan gedung WTC, walikota New York Rudy Giullani membaca buku mantan PM Inggeris Winson Chruchill mengenai apa tindakan yang dilakukannya ketika Inggeris diserang bom tentara Jerman. Hasilnya dia mampu kembali membawa New York bangkit. Dengan analogi yang sama, mestinya Gubernur BI dan Menkeu saat itu, bisa mengambil pelajaran dari kasus BII untuk menyelesaikan kasus Bank Century. Terlebih pada saat itu Direktur Bank Mandiri ,Agus Martowardoyo sendiri sudah mengusulkan solusi yang sama dengan yang dilakukan Rizal Ramli. Kita memiliki contoh pemimpin yang memiliki pengalaman konkrit untuk ditiru. Seandainya opsi ini yang diambil, pemerintah saat ini tidak akan kehabisan waktu dan energi menghadapi berbagai persoalan turunan yang tidak terpikirkan saat itu, dan fokus menjalankan program 5 tahunan yang sudah disusun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar