Kamis, 21 Januari 2010

Peduli Sesama .....

Pernahkah ... Kau Merasa .... Hatimu Hampa
Pernahkah ... Kau Merasa .... Hatimu Kosong

Pernahkah anda menabrak orang lain, lalu anda pergi begitu saja tanpa melihat dan peduli terhadap penderitaan orang itu?Pernahkah anda menolak memberi sedekah kepada seorang pengemis yang begitu lusuh dan kelelahan, sementara anda punya uang cukup banyak waktu itu?Pernahkah anda menolak meminjamkan sedikit uang kepada tetangga, famili atau rekan kerja yang sebenarnya memang sangat butuh bantuan anda?Pernahkah anda melakukan suatu perbuatan yang efeknya merugikan orang lain secara moril ataupun materil? Yang kecil-kecil saja, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, atau memarkir kendaraan sehingga mengganggu kelancaran jalan orang lain..
Jawaban pastinya, hampir setiap kita pernah melakukan perbuatan yang tidak semestinya. Perbuatan yang merugikan orang lain, setidak-tidaknya tidak memberikan hak orang lain yang Allah titipkan kepada kita. Seperti membantu orang yang lebih lemah dari kita.Bila anda memang pernah atau telah beberapa kali melakukannya, adakah dari nurani yang paling dalam muncul pertanyaan bagaimana rasanya bila yang dirugikan itu adalah diri anda sendiri? Bagaimana pula bila yang mengalami adalah orang tua, suami atau isteri, anak, adik, kakak atau orang-orang yang paling dekat hubungan emosionalnya dengan kita? Bila hal itu terjadi, maka jawaban pastinya adalah kesal, dongkol, marah bahkan bila mungkin ingin membalas dengan perbuatan yang setimpal. Begitu pulalah perasaan dari orang-orang yang pernah kita rugikan, sengaja atau tanpa sadar kita lakukan. Apalagi yang sering dirugikan.Begitulah manusia, memiliki kecendrungan untuk bersikap individualis (egois), angkuh, sombong dan memandang rendah orang lain. Terlebih bila ia memiliki kelebihan. Padahal tidak seorang manusia di dunia ini yang tidak memiliki berbagai bahkan banyak kekurangan, sehingga ia butuh orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sekalipun kebutuhan itu mampu ia bayar (beli) dengan apa yang ia miliki. Namun yang pasti ia sangat membutuhkan eksistensi dan fungsi orang lain dalam hidupnya.Taroklah ia kaya, kuat, cerdas, dan mungkin penguasa. Namun demikian tetap saja ia memerlukan orang lain untuk membantunya mewujudkan apa – apa yang ia ingikan. Jangankan untuk hal-hal yang besar, untuk mandi saja seorang manusia super masih butuh bantuan. Ia perlu handuk, sabun, odol dan air bersih. Semuanya tak bisa ia bikin sendiri. Ia bisa beli, tapi bukankah membeli berarti butuh orang yang menjual, yang mengantar ke penjual dan juga produsernya.Kesimpulannya kita manusia adalah makhluk lemah yang memiliki kekuatan atau dibalik makhluk kuat yang punya banyak kelemahan. Maka tidak seorangpun yang bisa hidup sendiri, secara pisik dan juga psikis.Secara sosial, ekonomi dan juga psikis hidup manusia memiliki ekosistem. Merusak satu saja mata rantai ekosistem tersebut berarti mengundang petaka (besar atau kecil) bagi manusia itu sendiri. Melakukan perbuatan yang merugikan atau tidak memberikan hak seseorang yang diamanahkan kepada kita sebenarnya berarti merusak ekosistem kehidupan yang pada akhirnya efek negatifnya yang bermuara kepada sipelaku. Oleh sebab itu sangat mudah dipahami mengapa dalam ajaran setiap agama, penganutnya diperintahkan untuk peduli terhadap kepentingan atau kebutuhan orang lain, terutama yang hidupnya bersentuhan dengan kita.Secara teologis dalam Islam orang-orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap sesama terutama yang lebih lemah darinya (fakir miskin) diklem oleh Allah Swt. Sebagai pendusta agama (QS. 107; 1-3). Orang yang sebenarnya menurut pandangan Allah tidak mengakui akan terjadi hari pembalasan kelak di akhirat, satu rukun iman yang enam. Seiring dengan hal itu, Muhammad Saw. Menyatakan bahwa seseorang dalam Islam belum dapat dikatakan beriman sampai ia memiliki rasa cinta dan kasih sayang kepada saudaranya seiman sebagaimana ia mencintai dirinya.Sebaliknya, bagi umat Islam yang dengan ikhlas membantu orang lain Allah menjanjikan kehidupan surga baginya, dunia dan akhirat. Kelapangan hidup, kemudahan urusan dan kedamaian adalah wujud dari surga yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang bersedia mengulurkan tangan membantu saudaranya. Artinya membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan sesungguhnya membantu diri sendiri, karena demikianlah ekosistem kehidupan yang Allah tetapkan bagi manusia. Siapa menanam siapa menuai.Demikian pula dalam agama Nasrani, suruhan menebar kasih sayang menjadi ajaran penting yang diperintahkan kepada setiap Kristiani dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya halnya dengan agama Hindu dan Budha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar