(1) Antasari Azhar, Salah Satu Pemain Watak yang Kita Miliki..Bagaimana Menurut Anda?
Terkejut saya setelah membaca tulisan bertajuk “Jasin Akui Pernah Disisipi Amplop oleh Antasari” di kompasiana.com.
Jasin, salah satu wakil ketua KPK mengaku pernah diberikan uang Antasari Azhar sebesar USD 100000. Coba apa tidak terkejut ? Setelah saya baca, ternyata menurut pengakuan Jasin, Antasari menyelipkan uang tersebut, yang sudah diamplopkan, langsung kedalam saku kemejanya di malang. Pada saat itu, isteri Jasin sedang sekarat dan akhirnya meninggal dunia.
Jadi caranya bukan memberikan amplop ke Jasin melainkan langsung menyelipkannya ke saku. Dengan cara itu kemungkinan besar tidak akan terlihat oleh banyak orang dan yang lebih penting lagi, Jasin tidak akan sempat menolak.. Hanya orang lapangan yang tahu kelebihannya penggunaan cara seperti itu..
Hal lain yang membuat saya terkejut adalah betapa percaya diri nya Antashari memberikan uang tersebut kepada wakil ketua KPK. Mungkin Antasari berfikir bahwa Jasin tidak akan menolak karena mungkin uang tersebut diberikan untuk menunjukkan simpati dan solidaritas seorang Ketua kepada Wakil Ketua nya. Tak terfikir bahwa uang simpati tersebut pada akhirnya akan di tolak.
Tetapi ternyata Antasari salah sangka. Oleh Jasin, uang USD 10000 tersebut sudah dikembalikan ke KPK karena dianggap sebagai salah satu bentuk gratifikasi yang tidak boleh diterima dan harus dilaporkan ke KPK. Menurut Jasin, Antasari dan para wakil ketua yang lain mengetahui pengembalian tersebut yang dilakukan sebelum batas maksimal pelaporan yaitu 30 (tiga puluh) hari. Tidak percuma, Jasin pernah menjabat sebagai salah satu pejabat di periode ketua KPK sebelumnya.
Uang USD 10000 itu bukan uang yang sedikit. nilainya sekitar 100 juta rupiah. Jika seorang Antasari bisa memberikan uang simpati sebesar itu maka berapa sebenarnya harta sesungguhnya yang dia miliki ? berapa tingkat ‘omzet’ pendapatannya ? Apakah Antasari memiliki penyandang dana ?
Ini bukan berprasangka buruk, tetapi suatu pertanyaan yang wajar mengingat besar nilai uang, tujuan pemberian uang yang sekedar simpati, dan besar pendapatan resmi seorang Ketua KPK.
Mungkin sahabat kompasiana tidak percaya dengan cerita Jasin. Satu-satunya cara untuk membuktikannya adalah melihat catatan penerimaan laporan gratifikasi yang ada di KPK.
Terus terang saya jadi ingin tahu, menurut para sahabat Antasari ini adalah tokoh yang seperti apa :
Seorang Ketua KPK yang baik dan sebelum menjadi Ketua KPK juga seorang Jaksa yang bersih dari kasus ? atau
Seorang Ketua KPK yang tidak baik dan memang dulunya juga seorang Jaksa yang kebersihannya patut dipertanyakan?
Salam Kompasiana ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar