Pembunuh dr Alia Minta Maaf
Sriwijaya Post
Iwan Andriansyah, tersangka pembunuh dr Alia
/
Artikel Terkait:
Keluarga: Tak Mungkin Alia Punya Utang
dr Alia Dibunuh Gara-gara Menolak Diajak Nikah
Dr Alia Kemungkinan Dibunuh Pacarnya?
Mayat Dalam Honda Jazz Merah Ternyata Dr Alia
Menghilangnya Dr Alia Diduga Terkait Asmara
Kamis, 27 Agustus 2009 11:23 WIB
PALEMBANG, KOMPAS.com — Empat hari setelah Iwan Andriansyah (27) resmi ditetapkan polisi sebagai tersangka kasus pembunuhan dr Alia Pranita Sari (27), ia menyatakan permintaan maafnya kepada keluarga korban atas perbuatannya.
Iwan sebelumnya menyatakan dengan gamblang dialah pembunuh tunggal dokter Alia. Meskipun mengakui tindakannya, duda yang merasa dirinya sebagai kekasih Alia ini sempat memberikan keterangan yang berbelit-belit terkait kronologis pembunuhan, TKP, dan motifnya.
“Saya minta maaf kepada keluarga Alia. Saya pelakunya. Saya bersedia dihukum seberat-beratnya dan selama-lamanya,” kata Iwan tanpa ekspresi di Mapoltabes Palembang, Rabu (26/8).
Dua hari terakhir, Iwan memang sempat menutup diri dari cecaran pertanyaan wartawan, terutama reporter televisi. Namun, siang kemarin seusai diminta memberikan kesaksian pada sebuah stasiun televisi swasta nasional, dia menyatakan permohonan maaf. “Saya khilaf dan saya siap dihukum,” katanya lirih.
Seperti diberitakan Sriwijaya Post sebelumnya, Iwan menyerahkan diri ke polisi seusai membunuh dan membawa mayat Alia sampai 300 kilometer dari Palembang ke Palalawan, Provinsi Riau. Dia kemudian menyerahkan diri setelah sempat lari ke Lampung.
Iwan mengungkapkan, motif pembunuhannya karena alasan cemburu. Korban menolak ajakannya menikah. Dia mengaku sebagai kekasih korban. Namun, belakangan pengakuan bahwa Iwan adalah kekasih Alia dibantah keras pihak keluarga dan rekan Alia. Iwan tak lebih dari teman biasa yang sering dibantu dokter muda berwajah cantik itu.
“Mereka tak berpacaran. Dia cuma teman yang sering dibantu dicarikan darah oleh korban,” kata dokter Edi Setiawan, teman Alia satu angkatan sesama dokter residen kebidanan di RSMH. Iwan memang penderita thalasemia (kelainan darah lebih banyak sel darah putih dibandingkan sel darah merah).
Sementara itu, Kapoltabes Palembang Kombes Pol Luki Hermawan menyatakan, dugaan Iwan yang bermasalah dengan kejiwaannya masih akan diselidiki. “Namun, saat ini setiap diperiksa dia tenang, kooperatif, dan transparan mengungkap pengakuannya,” kata Kapoltabes. Kondisi kejiwaan akan tetap diperiksa dan dipantau. Hal ini menurut Luki biasa dilakukan untuk orang yang membunuh secara sadis seperti Iwan.
Bukti "print out"
Sejauh ini polisi masih menyelidiki keterlibatan orang lain dalam pembunuhan ini. Polisi bahkan memeriksa kembali ayah tersangka, Syahril, setelah diperiksa tujuh jam sebelumnya. Selasa malam Syahril kembali diperiksa selama lima jam. “Namun, kami belum mendapatkan bukti hubungan keterlibatan orang lain dalam kasus ini. Masih akan kami usut. Setelah orangtua tersangka, pembantu korban juga akan intensif diperiksa meski sebelumnya sempat pingsan terus-menerus saat diperiksa,” kata Luki.
Polisi melihat tak ada hubungannya antara pengangkatan barang yang dilakukan orangtua korban di TKP dan keterlibatan kasus. Semula polisi menduga ada orang lain yang membantu Iwan melenyapkan barang bukti di TKP pembunuhan. Polisi juga sudah mendapatkan bukti percakapan seluler milik korban, tersangka, dan saksi-saksi.
Rabu (19/8) sebelum kejadian sempat terjadi komunikasi antara Alia dan Iwan. Selanjutnya seusai pembunuhan, sejumlah nomor ponsel milik keluarga Alia sempat tercatat masuk ke ponselnya. Namun, saat itu ponsel Alia tak aktif lagi. Pukul 21.00 keluarga Alia juga sempat menghubungi tersangka Iwan. Iwan mengaku saat itu dia berada di Plaju dan ikut mencari korban yang dinyatakan hilang.
Tengah malamnya keluarga Alia kembali menghubungi Iwan dan mengajak janji bertemu di dekat RSMH Palembang. Iwan menyanggupi, tapi setelah itu ponselnya mati karena dia sudah berada di Pekanbaru.
Kamis (20/8) pukul 14.00 Iwan dihubungi keluarganya. Sebab, sebelumnya keluarga Alia menghubungi keluarga Iwan dan menduga Iwan pergi bersama Alia. Setelah pukul 14.00 itu ponsel Iwan tak lagi aktif.
Di Pekanbaru, Jumat (21/8), Iwan lantas mengganti nomor ponselnya dengan yang baru. Menginap semalam di Pekanbaru, Iwan kemudian pergi ke Lampung. Keesokan harinya Iwan menghubungi kakaknya I yang berada di Jakarta dan adiknya Y di Yogyakarta. Kepada kakak dan adiknya ia mengakui membunuh dokter Alia. Dia meminta kakak dan adiknya menghubungi ayahnya karena Iwan tak sanggup mengutarakannya langsung.
Pada Minggu (23/8) Iwan pun menghubungi ayahnya dan mengabarkan peristiwa itu. Syahril meminta Iwan pulang ke Lahat. Semua ini tercetak dalam print out percakapan yang didapat polisi.
Sementara itu, visum sampel rahim yang dinyatakan bakal diumumkan kemarin ternyata belum didapat Poltabes Palembang. Selain itu, Mobil Honda Jazz bernomor polisi BG 2815 NM masih di Pekanbaru hingga kemarin. Poltabes belum mengutarakan bukti baru lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar